Professor astronomi dan astrofisika, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, memperkirakan satelit
UARS akan menghantam bumi Jumat (23/9/2011) tengah malam ini.
Hingga Jumat pagi, posisi rongsokan satelit Upper Atmosphere Research
Satelite itu berada di ketinggian 170 kilometer (km) di atas permukaan
bumi. Namun menurut Thomas yang perlu diperhatikan adalah bilamana
sampah angkasa itu mendekat ke ketinggian 120 km.
Thomas mengatakan tidak bisa memastikan waktu tepat rongsokan UARS
menghantam bumi. Ini karena kecepatan jatuhnya satelit dipengaruhi oleh
efek pengereman saat menembus atmosfer bumi. "Kecepatan berubah-ubah
tergantung efek pengereman atmosfer," kata Thomas.
Dalam waktu satu hari rongsokan satelit telah menempuh sekitar 15 km
semakin mendekat ke bumi. Menurut NASA (Badan antariksa AS) Kamis
(22/9/2011) posisi UARS berada di ketinggian 185 km.
Seperti diberitakan NASA, memberikan peringatan bahwa satelit UARS
yang sudah mati akan jatuh ke bumi dalam enam minggu ke depan ini.
Kendati begitu, NASA belum bisa memprediksi tanggal yang tepat mengenai
jatuhnya satelit ini.
UARS adalah satelit yang diluncurkan pada 15 September 1991 oleh
pesawat luar angkasa Discovery dan diperkirakan masuk bumi pada akhir
bulan ini atau awal Oktober mendatang. Satelit ini sudah tidak berfungsi
sejak 14 Desember 2005 dan pada dasarnya didesain untuk misi selama
tiga tahun.
Satelit ini memiliki panjang 11 meter dan diameter mencapai 4,5
meter. Meski satelit ini akan menjadi potongan-potongan terpisah saat
masuk ke bumi, tidak semua bagian terbakar di atmosfer. UARS
diperkirakan jatuh di rentang wilayah 57 derajat utara dan selatan.
Indonesia yang berada di wilayah lintasan garis katulistiwa juga
berpeluang menjadi lokasi jatuhnya UARS.
Jumat, 23 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar